Nasib Ribuan Megalit di Kabupaten Lahat
Ditulis oleh infokito™ di/pada 4 November 2007

Sejauh ini, Pemerintah Daerah Kab Lahat, dalam hal ini Dinas Informasi, Komunikasi, Seni, Pariwisata, dan Budaya (Infokomseniparbud), lebih mengambil sikap apatis terhadap perawatan ribuan megalit tesebut. Sikap ini timbul atas kebijakan pemerintah pusat yang dinilai tidak sepenuh hati memberikan kewenangan penuh terhadap perawatan benda bersejarah yang berusia lebih dari 4.000 tahun, yang diperkirakan peninggalan dari kebudayaan Dongson, Kamboja.
Selama ini, perawatan megalit tersebut kewenangannya langsung ditangani oleh Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata, Deputi Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) yang berada di Provinsi Jambi.
Benda bersejarah yang mencerminkan seni dan budaya masyarakat lampau yang bernilai sangat tinggi berupa arca, kubur batu (nisan), menhir (batu tiang), batu berlubang (rumah batu), dolmen (meja batu), itu tersebar di hampir di seluruh dataran tinggi Pasma, meliputi Kab Lahat, Kab Empat Lawang, dan Kota Pagaralam.
Daerah-daerah yang di antaranya sudah terdapat kompleksitas megalit adalah Desa Tinggi Hari, Pulau Pinang, Kota Agung, Merapi, Jarai, Fajar Bulan, Mulak Ulu, Pagar Gunung, Tanjung Sakti, Pendopo, Muara Pinang, Ulu Musi, Tegur Wangi, Tanjung Aro, Talang Tinggi, dan Belumai.
“Kita pernah beberapa kali mengajukan surat berupa usul kepada pemerintah pusat, dalam hal ini BP3 yang ada di Jambi. Intinya meminta kepada pihak pusat untuk memperjelas status peninggalan cagar budaya, dalam hal ini megalit di Kab Lahat. Tapi, belum pernah ada jawaban. Jadi kita pun sepertinya bersikap apatis terhadap perawatan megalit ini,” kata Kepala Subdinas Seni Budaya Kab Lahat Safran, didampingi Kepala Seksi Pesona Sejarah dan Budaya Sulha Dali dan seorang stafnya Irfan Witarto, seperti dilansir harian sindo.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Pagaralam Kusaimi Yatip didampingi Kepala Bidang Objek dan Daya Tarik Wisata Supratman juga membenarkan kalau selama ini perawatan megalit yang tersebar di dataran tinggi Pasma, khususnya yang ada di Kota Pagaralam, dilakukan oleh BP3 yang ada di Jambi.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Pagaralam Kusaimi Yatip didampingi Kepala Bidang Objek dan Daya Tarik Wisata Supratman juga membenarkan kalau selama ini perawatan megalit yang tersebar di dataran tinggi Pasma, khususnya yang ada di Kota Pagaralam, dilakukan oleh BP3 yang ada di Jambi.
Namun begitu, pihaknya tetap saja bertanggung jawab atas kelestarian megalit yang ada di Kota Pagaralam. “Memang sebaiknya perawatan megalit ini diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah setempat,” katanya. (hendri irawan/sindo/infokito)
Berikut beberapa Megalit bersejarah yang juga merupakan objek wisata di Kabupaten Lahat [sumber www.lahatkab.go.id]

Megalit Tinggi Hari merupakan Megalit yang sering dikunjungi oleh wisatawan, karena bentuknya yang sangat unik. Megalit Tinggi Hari terletak di Desa Tinggi Hari Kecamatan Pulau Pinang, 18 km Kota Lahat

Batu Tiang Enam ini terletak di Desa Pajar Bulan Kecamatan Tanjung Sakti, 104 km dari Kota Lahat

Batu macan yang terdapat di Kecamatan Pulau Pinang, Desa Pagar Alam Pagun ini sudah ada sejak jaman Majapahit pada abad 14. Batu macan ini merupakan simbol sebagai penjaga (terhadap perzinahan dan pertumpahan darah) dari 4 daerah, yaitu : Pagar Gunung, Gumai Ulu, Gumai Lembah, dan Gumai Talang [more]

Lokasi wisata Rumah Batu terletak sekitar 80 km dari kota Lahat, tepatnya di desa Kota Raya Lembak Kecamatan Pajar Bulan. Rumah Batu ini merupakan salah satu benda megalitik yang pada dindingnya terdapat lukisan kuno berupa makhluk-makhluk aneh

Di Kota Raya Lembak Kecamatan Jarai 72 Km dari kota Lahat ditemukan megalith berupaRumah Batu yang didalamnya terdapat lukisan kuno dan menyimpan sejuta misteri. Lukisan dinding rumah batu tersebut sepintas menyerupai burung hantu kadang seperti wajah misterius. Menurut Prof. Dr. M. Yamin bahwa warna bendera merah putih Indonesia diambil dari warna lukisan yang terdapat di dinding rumah batu tersebut
Entri ini dituliskan pada 4 November 2007 pada 8:25 am dan disimpan dalam Budaya,Lahat, Pariwisata, PengetahuaN, Sejarah dan Fakta. Bertanda: magalitikum, megalit,purbakala. Anda bisa mengikuti setiap tanggapan atas artikel ini melalui RSS 2.0pengumpan. Anda bisa tinggalkan tanggapan, atau lacak tautan dari situsmu sendiri.
Be the first to like this post.
Agus H.P,S.Si berkata
Bukti sejarah tersebut pada dasarnya merupakan salah satu kekayaan bangsa kita yang tiada ternilai harganya, dimana dengan adanya peninggalan-peninggalan sejarah tersebut kita dapat merunut dan merangkai kembali sesuatu yang mungkin jauh berada di belakang, yaitu sejarah populasi suku daerah tertentu atau bahkan bangsa kita yang pernah hilang dalam ingatan dan pengetahuan generasi berikutnya, yakni kita sendiri.
Pada dasarnya tuhan telah banyak memberikan jalan bagi kita untuk dapat mempelajari dan juga membuktikan kebesaran-Nya. Salah satunya adalah dengan adanya bukti-bukti sejarah atau peninggalan dari populasi nenek moyang kita yang begitu banyak tersebar di bumi ini, dimana bukti-bukti sejarah tersebut akan dianalisis dengan menggunakan teknologi modern dan dipandu oleh al-qur’an serta sunnah rasullullah saw yang merupakan sebenar-benar petunjuk. Kenapa harus dipandu oleh al-qur’an dan sunnah? Hal ini disebabkan karena didalam al-qur’an dan sunnah terdapat materi yang berisi petunjuk umum dan petunjuk khusus dalam mencari sebuah pemecahan masalah. Dimana yang sehubungan dengan topik ini adalah bahwa didalam al-qur’an dan sunnah terdapat untaian-untaian cerita maupun kronologis dari awal terbentuknya alam abiotik dan biotik, yaitu meliputi lingkunga fisik, kimia dan makhluk hidup yang tergolong dalam dimensi alam materi, sedangkan dimensi lainnya yaitu jin, setan, iblis, malaikat tergolong dalam klasifikasi dimensi alam imateri.
Keseluruhan cerita-cerita tersebut hanya bersumbr dalam al-qur’an dan as-sunnah. Dengan kata lain bahw al-qur’an dan as-sunnah merupakan pangkal atau induk ilmu pengetahuan dari spesies manusia dan spesies jin. Melalui kedua hal tersebut kita dapat membuka tabir rahasia dimensi alam materi dan dimensi alam imateri, dengan catatan atas izin Allah.
Kembali pada masalah diats, bahwa sesunggunya yang bertanggung jawab dalam merawat bukti peninggalan sejarah jangan etrpaku pada pemerinta pusat saja atau dengan kata lain janganlah permasalah birokrasi menjadi penghalang kita untuk dapat merawat dan melestarikan aset dan kekayaan daerah. thanks by Agus Hendra Patria, S.Si at Pulau Panggung Enim
Kaizen berkata
Musdar Effy Djinis berkata
Muklisin berkata
Barus berkata
batu itu cuma dipagar kawat oleh penduduk stempat dan tdk dpt perhatia pem stempat
kalau bisa mohon di teliti lebih lanjut
Ridho berkata
Mario berkata