Edhi Wuryantoro, M-009-UI
Arianto T, M-041-UI
Prihandoko, M-744-UI
Florentinus N.W.M., M-827-UI
Berdirinya Mapala UI
Mapala UI bukanlah organisasi yang besar atau dibesarkan, tetapi,
Mapala UI adalah organisasi yang selalu berusaha membesarkan dirinya
(Soemantri Brojonegoro)
Desember 1964, tampil sebagai pelopor dari organisasi sejenis yang tumbuh setelahnya di tanah air. Untuk pertama kalinya, organisasi pencinta alam lahir di lingkungan pendidikan dan dari tangan para intelektual muda bangsa ini.
Pendirian Mapala UI tidaklah semudah dan secepat yang dikira. Hambatan dan rintangan terus saja menghalangi. Sebelum berdirinya Mapala UI, sebenarnya sudah ada kelompok-kelompok kecil2 mahasiswa di UI yang kerjaannya keluyuran di alam bebas. Namun sayangnya, kelompok-kelompok kecil tersebut tidak terkoordinir dengan baik dalam sebuah wadah organisasi yang mengkhususkan dirinya pada soal kepencinta-alaman.
Adalah seorang Soe Hok Gie yang mencetuskan ide pembentukan suatu organisasi yang dapat menjadi wadah untuk mengkoordinir kelompok – kelompok tadi, berikut kegiatan mereka di alam bebas.
Gagasan ini mula – mula dikemukakan Soe Hok-gie pada suatu sore, 8 Nopember 1964, ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat setelah mengadakan kerjabakti di TMP Kalibata. Sebenarnya gagasan ini, seperti yang dikemukakan Hok-gie sendiri, diilhami oleh organisasi pencinta alam yang didirikan oleh beberapa orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19 Agustus 1964 di Puncak gunung Pangrango. Organisasi yang bernama Ikatan Pencinta Alam Mandalawangi itu keanggotaannya tidak terbatas di kalangan mahasiswa saja. Semua yang berminat dapat menjadi anggota setelah melalui seleksi yang ketat. Sayangnya organisasi ini mati pada usianya yang kedua.
Adapun organisasi yang diidamkan Hok-gie itu merupakan organisasi yang dapat menampung segala kegiatan di alam bebas, dan ini dikhususkan bagi mahasiswa FSUI saja. Kegiatan ini terutama pada masa liburan. Bedanya dengan kelompok yang ada, gagasan ini terutama ditekankan pada perlunya memberikan kesempatan pada mereka yang sebelumnya pernah keluyuran , untuk melihat dari dekat tanah airnya.
Tujuan dari organisasi ini mencakup tiga hal yaitu:
Pertama, untuk memupuk patriotisme yang sehat di kalangan anggotanya. Ini dapat dicapai dengan hidup di alam dan rakyat kebanyakan.Memang tekad yang mendasari pendirian organisasi ini adalah suatu keyakinan bahwa patriotisme yang sehat tidak mungkin timbul dari slogan – slogan, indoktrinasi – indoktrinasi, ataupun poster – poster. Patriotisme yang sehat hanyalah mungkin dibina atas partisipasi yang aktif dari seseorang melalui hidup di tengah – tengah alam dan rakyat Indonesia pada umumnya. Adalah hal yang mustahil, bahwa cinta tanah air dapat timbul melalui jendela – jendela bis atau mobil mewah.
Kedua, mendidik para anggota, baik mental maupun fisik. Sebab seorang kader yang baik adalah kader yang sehat jasmani dan rohaninya. Disini juga ditekankan aspek edukasi tanah air secara aktif dari dekat.
Ketiga, untuk mencapai semangat gotong royong dan kesadaran sosial. Sampai saat ini, tujuan – tujuan tadi belum tercapai secara maksimal, tetapi titik terang sudah terlihat.
Dalam pertemuan tanggal 8 Nopember 1964 itu, gagasan Hok-gie mendapat sambutan baik di kalangan mahasiswa FSUI yang senang ”keluyuran” di alam bebas”. Maulana Ibrahim, Koy Gandasuteja, Amin Sumardji, Ratnaesih, dan Edhi Wuryantoro, yang waktu itu menjadi pengurus dari Ikatan Pencinta Alam Mandalawangi, bersedia membantu. Bahkan bila perlu melepas jabatan tadi. Setelah berbincang – bincang selama kurang lebih satu jam, semua yang hadir antara lain : Soe Hok-gie (M-007-UI), Maulana (M-001-UI), Koy Gandasuteja (M-011-UI), Ratnaesih (kemudian menjadi Ny. Maulana; M-003-UI), Edhi Wuryantoro (M-009-UI), Asminur Sofyan Udin (M-002-UI), Darmatin Suryadi (M-015-UI), Judi Hidayat Sutarnadi (M-008-UI), Wahjono (M-010-UI), Endang Puspita, Rahayu,Sutiarti (kemudian menjadi Ny. Judi Hidayat; M-004-UI), setuju untuk membicarakan gagasan tadi pada keesokan harinya di FSUI.
Pertemuan kedua diadakan di Unit III bawah gedung FSUI Rawamangun, didepan ruang perpustakaan. Hadir pada saat itu semua yang sudah disebut ditambah Sdr. Herman O. Lantang yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FSUI. Pada saat itu Sdr. Udin mengusulkan nama organisasi yang akan lahir itu IMPALA, singkatan dari Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam.”Biar keren deh, namanya seperti OKB (Orang Kaya Baru, tetapi isinya gembel melulu),”ujarnya. Setelah pendapat ditampung, akhirnya diputuskan nama organisasi yang akan lahir itu IMPALA. Kemudian pembicaraan dilanjutkan dengan membahas kapan dan dimana IMPALA akan diresmikan.
Suatu hal yang sangat kebetulan sekali pada waktu itu Sdr. Willy Han dari Senat Mahasiswa FSUI merencanakan piknik ke Ciloto dalam rangka pembinaan mahasiswa baru pada tanggal 15 Nopember 1964. Rencana itu kurang mendapat sambutan dari mahasiswa yang ketularan gagasan pendirian IMPALA yang beberapa diantaranya anggota senat. Mereka ini mengusulkan rencana piknik ke Ciloto dialihkan ke Cibeureum.Rencana ini diterima.
Sebelum berangkat, pada tanggal 13 Nopember 1964, Koy, Maulana, Edhi, Amin, dan Ratnaesih bertemu di kafetaria FSUI untuk membicarakan peresmian Impala di Cibeureum. Semua setuju bahwa peresmian IMPALA akan dilangsungkan dibawah siraman air terjun Cibeureum. Kemudian untuk membuat suatu kejutan mereka sepakat untuk mengirimkan tim pembuka jalan dan menyiapkan tempat peresmian IMPALA.
Keesokan harinya, jam 13.00 rombongan pendahulu berangkat secara diam – diam ditambah 2 orang ”Guest Star” yaitu Halina Hambali dan Siti Aminah. Karena sampai di Cibodas hampir jam 20.00, rombongan terpaksa menginap di Cibodas (sekarang ini lapangan parkir). Pada masa itu, hubungan Jakarta – Puncak masih sukar, karena bus masih jarang. Dari pertigaan Cibodas, rombongan terpaksa jalan kaki. Sepanjang perjalanan Cimacan – Cibodas sepi sekali. Maklum, pada waktu itu sisa – sisa gerombolan Kartosuwirjo masih banyak berkeliaran di Gn. Gede – pangrango. Meskipun di kiri kanan jalan ada beberapa rumah penduduk, semuanya sudah tertutup, hanya ada beberapa lampu minyak yang menempel.
Pagi – pagi sekali rombongan ini berangkat menuju Cibeureum. Namun hingga tengah hari, rombongan besar yang dinanti – nanti tidak kunjung datang. Akhirnya diputuskan untuk kembali ke Jakarta dan menunda peresmian pendirian IMPALA. Ternyata bus yang membawa rombongan mengalami mogok di Cibulan dan tidak bisa meneruskan perjalanan ke Cibodas.
Meskipun usaha pertama gagal, para perintis ini tidak menyerah. Sementara mematangkan ide, mereka bertukar pikiran dengan Pembantu Dekan III bidang Mahalum, yaitu Drs. Bambang Soemadio dan Drs. Moendardjito yang ternyata menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan menyarankan agar mengubah nama IMPALA menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA. Alasannya nama IMPALA terlalu
borjuis. Dan pada waktu itu segala yang borjuis, habis diganyang. Nama ini diberikan oleh Bpk Moendardjito. Mapala merupakan singkatan dari Mahasiswa Pencinta Alam. Dan Prajnaparamita berarti dewi pengetahuan. Selain itu Mapala juga berarti berbuah atau berhasil. Jadi dengan menggunakan nama ini diharapkan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh anggotanya akan selalu berhasil berkat lindungan dewi pengetahuan. Dewi Prajnaparamita juga menjadi lambang dari senat FSUI saat itu. Lambang yang digunakan adalah gambar dua telapak kaki dengan tulisan MAPALA PRAJNAPARAMITA dibawahnya. Telapak kaki kiri terletak lebih kedepan dari telapak kaki kanan. Hal ini melambangkan kehadiran di alam bebas dalam bentuk penjelajahan dan sebagainya. Selain itu lambang telapak kaki ini juga diilhami penggunaan tapak kaki oleh raaja Purnawarman dalam prasasti – prasastinya yang dapat diartikan lambang kebesaran. Dibawah tulisan MAPALA PRAJNAPARAMITA ditambah tulisan FSUI yang menunjukkan tempat bernaungnya organisasi ini.
borjuis. Dan pada waktu itu segala yang borjuis, habis diganyang. Nama ini diberikan oleh Bpk Moendardjito. Mapala merupakan singkatan dari Mahasiswa Pencinta Alam. Dan Prajnaparamita berarti dewi pengetahuan. Selain itu Mapala juga berarti berbuah atau berhasil. Jadi dengan menggunakan nama ini diharapkan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh anggotanya akan selalu berhasil berkat lindungan dewi pengetahuan. Dewi Prajnaparamita juga menjadi lambang dari senat FSUI saat itu. Lambang yang digunakan adalah gambar dua telapak kaki dengan tulisan MAPALA PRAJNAPARAMITA dibawahnya. Telapak kaki kiri terletak lebih kedepan dari telapak kaki kanan. Hal ini melambangkan kehadiran di alam bebas dalam bentuk penjelajahan dan sebagainya. Selain itu lambang telapak kaki ini juga diilhami penggunaan tapak kaki oleh raaja Purnawarman dalam prasasti – prasastinya yang dapat diartikan lambang kebesaran. Dibawah tulisan MAPALA PRAJNAPARAMITA ditambah tulisan FSUI yang menunjukkan tempat bernaungnya organisasi ini.
Setelah segala persiapan selesai, pada tanggal 5 Desember 1964 berangkatlah 3 orang yaitu Hok-gie, Maulana dan Ratnaesih ke daerah Ciampea untuk survei Persami yang akan dilaksanakan pada tanggal 11 dan 12 Desember 1964.
Pada tanggal 11 Desember pukul 06.30 semua peserta yang mencapai lebih dari 30 orang berkumpul di lapangan Banteng dan berangkat. Pada pukul 11.00, mulailah rombongan mendaki lereng – lereng terjal dari bukit kapur Ciampea. Hari yang panas waktu itu membuat beberapa peserta ”anak mami” kelelahan dan merepotkan panitia. Jam 14.30 peserta tiba di bukit. Tenda segera didirikan. Pada malam hari angin bertiup sangat kencang dan hujan lebat. Tenda banyak yang roboh, sehingga peserta banyak yang berteduh di gubuk yang kebetulan ada disitu. Hampir saja peresmian Mapala dibatalkan karena sampai dengan jam 20.00 hujan masih lebat. Namun akhirnya pada pukul 21.00 hujan berhenti dan bulan bersinar terang. Semua peserta yang basah kuyup dikumpulkan untuk mengadakan rapat pembentukan MAPALA yang dipimpin Hok-gie. Ketika rapat sedang berjalan, tiba – tiba datang tamu dari Jakarta yaitu Soemadio, Soemadjito dan Mang Jugo Sarijun yang sengaja datang untuk menyaksikan upacara peresmian MAPALA. Maulana terpilih sebagai ketua pertama dan formatur tunggal.
Sampai dengan tahun pertama, Mapala Prajnaparamita FSUItelah memiliki 12 orang anggota yaitu AS Udin, Rahaju, Surtiarti, Ratnaesih, Endang Puspita, Mayangsari, Soe Hok-gie, Judi Hidajat, Edhi Wuryantoro, Koy Gandasutedja, Wahjono, dan Maman Abdurachman.
Perubahan menjadi Mapala UI
bisa terlaksana dan ditangguhkan untuk waktu yang belum ditentukan. Usaha untuk membentuk Mapala UI ini pun belum juga terwujud hingga Mapala Prajnaparamita menginjak usia yang ke-6.
Sampai tahun 1970-an, di beberapa fakultas di UI terdapat beberapa organisasi pencinta alam antara lain : Ikatan Mahasiswa Pencinta alam (IMPALA) di Psikologi, Climbing And Tracking Club (CATAC) di Ekonomi, Yellow Xappa Student Family (Yexastufa) di Teknik (kemudian menjadi Kamuka Parwata (KAPA), Climbing And Tracking (CAT) di Kedokteran, dll. Setelah berjalan beberapa waktu di fakultasnya masing – masing, organisasi–organisasi ini merasakan dan menyadari bahwa Mapala UI yang telah terbentuk dan disetujui oleh Rektor UI (Prof. DR. Sumantri Brojonegoro (Alm.)) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa adalah milik seluruh mahasiswa UI. Oleh karena itu organisasi–organisasi tersebut setuju untuk bersatu dalam satu wadah yaitu MAPALA UI.
Beberapa Kegiatan Mapala UI yang terealisasi :
- Desember 1971 – april 1972 :
Pendakian dan Baksos di Peg. Jayawijaya. Diikuti 13 orang anggota dan berhasil mencapai Puncak Jaya dan Puncak timur Cartenz. - September – Oktober 1972 :
Membantu penelitian dan pendokumentasian Cartenz Glacier Expedition. Berhasil mencapai puncak Cartenz Pyramid, Puncak Sumantri, Puncak Jaya, dan Puncak tengah. - Januari 1973 : K
erjasama dengan TV Melbourne, Monash University ke Peg Jayawijaya. - 1975 :
Menyelenggarakan Latihan nasional untu Lingkungan Hidup. - Februari 1976 : Pengukuhan Puncak Sumantri dalam Log Book.
- 1978 –
1979 : Kerjasama denga Law Harvard School melakukan Ekspedisi Sungai
Mahakam da Barito. - 1978 :
Penjajakan Base Camp Everest oleh Hadijoyo dan Don Hasman. - Agustus
1978 : Penelitian pengaruh ketinggian pada pendaki di Puncak Pangrango. - 1980 :
Ekspedisi pendakian puncak Trikora bersama pendaki Amerika - 1981 :
Ekspedisi penelitian Pegunungan salju katulistiwa. - 1984 :
Baksos Pembuatan Perpustakaan di Untung Jawa. - 1985 :
Ekspedisi Himalaya - 1986 :
Ekspedisi Arung Jeram Sungai Alas - 1986 :
Ekspedisi Dinding Utara Jayakusuma Mapala UI - 1986 :
Pemanjatan Bogaboo Spire, Canada. - Juli –
Agustus 1988 : Ekspedisi Pendakian Gunung Salju Kaulistiwa Andes - September
1988 : Ekspedisi Penelusuran Gua Lebak Tipar - 1987
: Ekspedisi Penelusuran Gua Luweng Musuk, Pacitan - 1987 :
Pemasangan Monas Berdasi - 1989 :
Ekspedisi Arung Jeram S. Citanduy. - 1989 :
Ekspedisi Panjat Tebing gunung Parang - 1989 :
Sailing Camp P. Onrust - Januari 1989 :
Ekspedisi Mt. Cook, Selandia Baru. - Juli 1989 :
Ekspedisi Mc. Kinley, Alaska. - Januari 1990 :
Ekspedisi Aring Jeram S. Tripa, Aceh. - Februari 1990 :
Lomba rakit Lintas Ciliwung bersih II. - Juni 1990 :
Lomba Rakit Hias Gerakan Ciliwung Bersih. - Agustus 1990 :
Ekspedisi S. Kayan, Kalimantan. - Agustus – September 1990 :
Ekspedisi Caving Mangkalihat, Kalimantan Timur. - Oktober 1990 :
Ekspedisi Mt. Elbrus, Uni Soviet. - Maret 1992 :
Ekspedisi Aconcagua , Argentina - April 1992 :
Pendakian Cartenz Pyramid bersama pendaki Norwegia. - Februari 1993 :
Ekspedisi Golden Wall, Dinding Utara Cartenz Pyramid - 1994 :
Ekspedisi Kapuas - 1994 :
Ekspedisi Kecil Tebng Tanggul, Jawa Timur. - 1995 :
Juara III Kejurnas Arng Jeram S. Ayung, Bali. - 1996 :
Juara Umum Kejuaraan Arung Jeram Cimanuk. - 1997 :
Penelitian Terumbu Karang Wallace Operation. - 1998 :
Koordinator Posko Banjir Jakarta. - 1999 :
ekspedisi Gabungan dengan KOMPAS USU Pemanjatan Tebing Simarsolpa. - Agustus 1999: Ekspedisi Gabungan dengan Kopasus dan Pecinta alam lainnya ke Puncak Leuser (Aceh), Bukit Raya (Kalimantan Barat), Latimojong (Sulawesi Selatan), Binaya (Maluku), dan Cartenz (Irian Jaya)
- Februari– April 2005 : Bekerjasama dengan UNHCR, UNICEF, dan WHO dalam berbagai
penelitian dalam rangka rekonstruksi Aceh Pasca Tsunami. - 2006 :
Pemecahan Rekor MURI ”Vertical Bowling Pertama. - 2006 – 2008 : jasa Vertical Service di sejumlah gedung seperti : Apartemen Summit, Tugu Monas, Gedung German Centre Indonesia, Hotel Acacia, Grha XL, Gedung Bank Mega dll.
- Februari 2007 : Menyalurkan bantuan sejumlah lebih dari 140 juta rupiah dari para donatur kepada korban banjir Jakarta.
- November 2007 :
Penanaman pohon di Hutan UI dan sekitarnya, Tol Cipularang. - 2006 – 2008 :
jasa Vertical Service di sejumlah gedung seperti : Apartemen Summit, Tugu Monas, Gedung German Centre Indonesia, Hotel Acacia, Grha XL, Gedung Bank Mega dll. - 2008 :
Tim Putri Arung Jeram Juara Kejurnas Batang Merangin Jambi dan mengikuti IRF World Festival di Nagara-gawa, Gifu, Jepang. - 2008 :
Mengirim perwakilan ke Elbrus Race, Rusia - 2009 :
Napak Tilas 40 tahun Soe Hok-gie - 2010 :
Tim Putri Mapala UI menjuarai kelas putri Citarum Open 2010 - 2010 :
Ekspedisi Caving Sangkulirang Kalimantan - 2010 :
upcoming… wait and see!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan berikan komentar anda