biografi

Cari Blog Ini

Kamis, 06 Januari 2011

WISATA DI SUMATERA SELATAN

http://bungverryabimanyu.blogspot.com/

MASJID AGUNG
Mesjid Agung Palembang yang terletak di pusat kota juga merupakan salah satu peninggalan Kesultanan Palembang. Mesjid ini didirikan oleh Sultan Mahmud Badaruddin I atau Sultan Mahmud Badaruddin Jaya Wikramo mulai tahun 1738 sampai 1748.

Ukuran bangunan mesjid waktu pertama dibangun semula seluas 1080 meter persegi dengan daya tampung 1200 jemaah.Perluasan pertama dilakukan dengan wakaf Sayid Umar bin Muhammad Assegaf Altoha dan Sayid Achmad bin Syech Sahab yang dilaksanakan pada tahun 1897 dibawah pimpinan Pangeran Nataagama Karta mangala Mustafa Ibnu Raden Kamaluddin.
Perluasan kedua kali pada tahun 1930. tahun 1952 dilakukan lagi perluasan oleh Yayasan Mesjid Agung yang pada tahun 1966-1969 membangun tambahan lantai kedua sehingga lus mesjid sampai sekarang 5520 meter persegi dengan daya tampung 7.750.





SUNGAI MUSI
Sungai Musi terletak ditengah kota Palembang dan hal ini menarik para wisatawan, disuatu tempat didekat sungai tersebut terdapat rumah rakit. Dan kita juga bisa melihat aktivitas dari para nelayan menggali produksi sungai tersebut.

Menyaksikan matahari terbenam dari Ampera Jembatan adalah suatu hal yang sungguh menyenangkan selagi menyaksikan matahari terbenam kita dapat melihat seluruh permukaan kota.
Sungai Musi juga sering dijadikan arena festival air, seperti perlombaan perahu (bidar), kontes menghias perahu, perlombaan berenang menyeberangi sungai dan lain – lain.

JEMBATAN AMPERAPembangunan jembatan gerak ini dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Awalnya, jembatan sepanjang 1.177 meter dengan lebar 22 meter ini, dinamai Jembatan.
Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tahun 1965, sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Akan tetapi, setelah terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno sangat kuat, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera.
Perubahan dari waktu ke waktu membuat jembatan ampera ditata menjadi semakin cantik, sampai sekarang penataan jembatan ditambah dengan lampu warna warni, membuat para orang yang datang mengunjungi jembatan ampera pada malam hari semakin ramai



PULAU KEMARO
Pulau Kemaro terletak di sungai musi, sekitar 5 km sebelah hilir Jembatan Ampera. Di pulau ini terdapat sebuah vihara. Dalam perayaan Cap Go Me ribuan masyarakat Cina termasuk yang datang dari berbagai kota bahkan dari luar negeri berkunjung ke pulau Kemaro untuk melakukan sembahyang atau berziarah. Perayaan ini berlangsung sampai 2-3 hari.

Klenteng Hok Tjing Rio dengan luas 3,5 hektar itu juga menjadi salah satu tonggak kehadiran China dalam sejarah perkembangan Palembang.
Arsitektur klenteng mencerminkan pula filosofi bangunan khas China, sebagaimana terdapat di berbagai klenteng di daerah lain. Seluruh bangunan berwarna dominan merah dengan tambahan warna kuning keemasan.
Bangunan terdiri atas pendopo di tepi Sungai Musi, dua menara tempat pembakaran uang emas, ruang utama, ruang belakang, dan ruang keramat kuburan pasangan Siti Fatimah dan Tan Po Han.



MONUMEN PERJUANGAN RAKYAT
Bangunan ini terletak di pusat kota tepatnya didepan Masjid Agung Lokasi tersebut dulunya basis pertempuran Lima Hari Lima Malam.

Bangunan Monumen ini berbentuk bunga melati berkelopak lima melambangkan kemurnian pejuang para pahlawan yang bersemangat PancasilaMonumen ini dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat Sumatera Selatan ketika melawan kaum penjajahan pada masa revolusi fisik yang dikenal dengan nama pertempuran lima hari lima malam di Palembang yang pecah pada tanggal 1 Januari 1947 yang melibatkan seluruh rakyat Palembang melawan belanda.
Di dalam museum ini kita dapat melihat berbagai jenis senjata yang dipergunakan dalam pertempuran tersebut termasuk berbagai dokumen perang dan benda-benda bersejarah lainnya

MUSEUM SULTAN MAHMUD BADARUDDINBangunan yang dibangun kembali dan dibongkar habis dan memang sebelumnya merupakan lokasi Benteng Kuto lamo yang sering juga disebut Kuto Tengkuruk atau Kuto Batu, dimana di dalam Benteng Kuto Lamo berdiri Keraton Sultan Mahmud badarudin Jayo Wikromo atau Sultan Mahmud Badarudin I (1724-1758)
Pada tahun 1942-1945 gedung ini dikuasai oleh jepang dan setelah Proklamasi Kemerdekaan RI kembali dikuasai Pemerintah RI pada tahun 1949 gedung tersebut dijadikan kantor Toritorium II Sriwijaya dan tahun 1960-1974 digunakan sebagai Resimen Induk Sriwijaya.
Menurut perhitungan bangunan Benteng Kuto Lamo dimasa Sultan mahmud Badarudin I resmi ditempati pada hari senin tanggal 29 September 1737 maka balok-balok itu umumnya lebih dari itu.Nama Museum Sultan Mahmud Badarudin diabadikan untuk mengingat dan menghargai jasa-jasanya
 
MUSEUM BALAPUTRA DEWAMuseum ini dibangun pada tahun 1977 dengan arsitektur tradisional Palembang diatas areal seluas 23.565 meter persegi dan diresmikan pada tanggal 5 November 1984 pada mulanya museum ini bernama Negeri Provinsi Sumatera Selatan, Dan pada tahun 1990 museum ini diberi nama Museum Negeri Provinsi Sumatera Selatan Bala Putra Dewa.
Nama Bala Putra Dewa berasal dari nama seorang raja Sriwijaya yang memerintah pada abad VIII-IX yang mencapai kerajaan Maritime.
Di museum ini terdapat koleksi yang menggambarkan corak ragam kebudayaan dan alam Sumatera Selatan. Koleksnya terdiri dari berbagai benda histografi etnografi felologi, keramik, teknologi modern, seni rupa, flora dan fauna serta geologi.
 
TAMAN PURBAKALA KERAJAAN SRIWIJAYA
Taman Arkeologis Kerajaan Sriwijaya dibangun di Karanganyar. pada dasarnya menurut konsep dari keuntungan dan pemeliharaan warisan/pusaka dan sisa jaman kuno maka ditempatkan di lokasi ini.

Ada tiga gedung utama di dalam taman Musium yang dibangun untuk menampung koleksi sisa – sisa arkeologis Sriwijaya, yang mana juga mencerminkan peran penting dari kerajaan dalam pengembangan tempo dulu, sejarah purbakala bangsa indonesian sepanjang abad ke 7 – 13. Ada juga suatu pajangan batu bata struktur menggali dari Pulau Cempaka.
Menurut penafsiran, Karanganyar merupakan lokasi mewakili pusat air seperti berliku-liku di dalam awal Sriwijaya kerajaan. Penggalian dari lokasi telah muncul sisa batu bata struktur, fragmen tembikar, keramik, perahu merusak dan materi arkeologis yang lain.



BUKIT SIGUNTANGBukit Siguntang adalah tempat bersejarah di Kota Palembang di zaman Sriwijaya menjadi tempat bersejarah penganut agama Budha.
Daerah ini terletak 4 KM dari Kota Palembang dengan ketinggian 27 meter dari permukaan laut, tepat di kelurahan Bukit Lama.
Tempat ini sampai sekarang masih tetap dikeramatkan karena disini terdapat beberapa makam.
Berdasarkan hasil penemuan pada tahun 1920 di sekitar bukit ini telah ditemukan sebuah patung (arca) Budha bergaya seni Amarawati yang raut wajah Srilangka berasal dari abad XI masehi yang sekarang diletakan di halaman Museum Sultan Mahmud Badaruddin II. Kita dapat melihat panorama kota Palembang ; dari ketinggian Bukit Siguntang dengan menempuh kendaraan umum jurusan Bukit Besar

HUTAN WISATA PUNTI KAYU
Hutan Wisata Punti Kayu merupakan tempat rekreasi yang letaknya sekitar 6 km dari pusat kota, dijalan menuju airport Sultan Mahmud Badaruddin II. Tempat ini sebenarnya suatu kawasan hutan pinus yang ditata dengan apik menjadi taman alam, dilengkapi danau buatan, toko cinderamata dan sarana bermain anak-anak, restoran serta fasilitas lainnya.

Pada hari-hari libur acapkali dimeriahkan dengan show para artis lokal maupun dari luar kota. Dan juga ada atraksi gajah, dan juga atraksi dari hewan lainnya.
Pokoknya dijamin tidak bakalan lengkap kalo keliling kota Palembang, tanpa singgah di Hutan Wisata Punti Kayu.
 
KAWAH TENGKUREP
Kawah tekurep adalah nama sebuah komplek makam Sultan Mahmud Badaruddin I, salah seoarang raja Palembang yang memerintah pada abad 18. Bangunan ini mempunyai atap dari beton yang berbentuk kawah tertelungkup.

Bila sebelumnya letak makam-makam para raja yang pernah memerintah di Palembang saling berpencar, maka sejak Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo ini memerintah pemakaman para sultan berada di satu lokasi, yaitu di Kompleks Pemakaman Kawah Tengkurep atau Kompleks Makam Lemahbang.
Kerabat kesultanan yang dimakamkan di sini adalah Sultan Mahmud Badaruddin I yang juga dijuluki dengan Panembahan Lemahbang yang terletak di suatu bangunan dengan atap berbentuk kubah; Sultan Ahmad Najamuddin dan keluarganya Sultan Bahauddin beserta istri serta Sultan Diyauddin dan anak-anak Sultan Mahmud Badaruddin I



GUNUNG DEMPOKota Pagar Alam, memang sesuai dengan namanya, kota ini jelas dikelilingi barisan pegunungan Bukit Barisan dan yang tertinggi dari barisan tersebut adalah Gunung Dempo.
Gunung ini sangat indah menjulang tegak menggapai langit nan biru apabila dilihat pada pagi hari. Budaya kota yang sudah berbaur dari berbagai suku baik pendatang maupun asli menciptakan kedamaian yang anda tidak peroleh di kota-kota besar.
Jalur menuju ke puncak gunung inipun sudah sangat jelas dan bahkan di hari-hari biasa pun banyak orang desa yang sengaja naik ke puncak baik itu untuk mencari kayu ataupun sekedar berhiking ria. gunung ini memang cukup tinggi tetapi air jernih yang ada terdapat sampai setengah perjalanan ke gunung ini sehingga para pendaki tidak perlu khawatir kehabisan air minum selama perjalanan.
 
GOA PUTRI
Sebuah Goa yang terletak di daerah kabupaten OKU, tepatnya di pinggiran desa Padang Bindu kecamatan Pengandonan dengan jarak 35 kilometer dari Baturaja.

Goa putri panjangnya lebih kurang 159 meter dan lebar antara 8-20 meter tinggi maksimal 20 meter. Didalam goa banyak terdapat Stalagtit dan Stalagmit yang berusia ratusan tahun.
Ditengah-tengah gua mengalir anak sungai yang bermuara di sungai Ogan.
Obyek wisata ini dapat dicapai dari Baturaja atau melalui Muara Enim. Objek wisata ini baik sekali untuk para wisatawan remaja atau pencinta alam.
 
AIR TERJUN BEDEGUNG
Didukung suasana alamnya yang masih asri, air terjun Curup Bedegung menawarkan pesona yang mengagumkan. Dengan ketinggian 99 meter, kesejukan airnya begitu menggoda pengunjung untuk segera menikmatinya.
Sejuknya air yang mengalir di sungai dari aliran air terjun, lengkap dengan atmosfir pedesaan segera dapat anda rasakan.
Dari letaknya, Curup Bedegung memang kurang menguntungkan, karena jauh dari pusat kota Palembang, Sumatera Selatan. Jarak tempuh antara Palembang ke air terjun ini sekitar 4-5 jam.
Belum lagi jalanan yang semakin menyempit dan berkelok-kelok ketika mendekati desa Bedegung. Meski begitu, jangan lewatkan perjalanan Anda dengan tertidur, sebab anda akan disuguhi pemandangan indah Sungai Lematang yang jernih.



DANAU RANAU
Terletak diwilayah kecamatan Banding Agung dengan jarak 125 km dari Baturaja ibukota kabupaten OKU. Danau Ranau luas 8x16 km dengan latar belakang gunung Seminung, sekitar danau di kelilingi oleh bukit dan lembah sehingga hembusan angin di kawasan ini tidak terlalu kencang.


Pada malam hari udara sejuk dan pada siang hari cerah suhu berkisar antara 20 derajat-26 derajat Celsius. Diatas perbukitan dan lembah sekitar danau terdapat perkebunan kopi, tembakau, cengkeh, kayu manis dan palawija.
Pada sisi lain dikaki gunung Seminung terdapat sumber air panas alam yang keluar dari dasar danau. Tempat lain yang menarik untuk dikunjungi adalah Pulau Marisa yang terletak tidak jauh dari air panas.
Untuk mengadakan tour di danau dapat menggunakan perahu motor yang tersedia di dermaga wisata komplek Ranau Cottage. Kapasitas penumpang 15 orang per perahu dengan biaya Rp. 25.000,- untuk satu kali perjalanan pesiar di danau (sightseeing). Obyek lain yang dapat dikunjungi adalah air terjun Subik Tuha berlokasi 500 meter dari cottage Ranau. Danau Ranau dapat di kunjungi dari Baturaja, Palembang atau Bandar Lampung.



BUKIT SERELO
Bukit Serelo terletak sekitar 20 km dari kota Lahat. Penduduk setempat menyebutnya Bukit Tunjuk (sebagian gunung Jempol..padahal cuma bukit sih aneh juga), karena bentuk puncaknya yang mirip telunjuk yang mencuat ke langit.

Jika anda bepergian dari Muara Enim, menjelang 20 km memasuki kota Lahat, bukit itu terlihat jelas di sebelah kiri. Dibawahnya terdapat sebuah kompleks untuk menjinakkan, melatih dan mendidik gajah. Sekitar 40 ekor sudah dijinakkan di tempat ini, namun baru sebagian yang dapat diandalkan untuk para pengunjung.
Dibeberapa tempat dibawah bukit terdapat beberapa tempat untuk berkemah atau rekreasi. Para pramuka dan anak-anak muda acapkali mengunjungi tempat-tempat itu. Sebuah sungai kecil dengan air yang jernih dan belum tercemar, dapat menyegarkan anda.
 
DANAU TELUK GELAM
Danau Teluk Gelam di Kecamatan Tanjung Lubuk, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan (Sumsel) menawarkan pesona alam yang menawan. Matahari yang kala itu tertutup mendung, membuat udara yang sejuk terasa lebih dingin.

Selain pemandangan alam Danau Teluk Gelam itu juga menawarkan fasilitas olahraga air yang menantang. Di pinggiran danau terdapat dermaga untuk dayung dan ski air, lengkap dengan menara start dan finis, pondok pemandu (align’s hut), serta pembuatan tribun untuk penonton.
Bagi mereka yang ingin bermalam bisa menginap di Hotel Teluk Gelam yang berdiri megah di pinggir danau. Hotel dua lantai dengan arsitektur modern itu terdiri atas dua bangunan, masing-masing memiliki 24 kamar.
 
AIR TERJUN TEMAM
Lokasi Air Terjun Temam memang terbilang dekat bagi warga Lubuk Linggau. Tempat wisata alam ini terletak enam kilometer dari ruas jalan lintas Sumatera di kawasan Kota Lubuk Linggau.

Agar bisa sampai ke lokasi air terjun, dari jalan besar itu pengunjung berbelok ke arah utara melalui jalan masuk ke Bandar Udara (Bandara) Silampari. Lapangan terbang itu sendiri sejak beberapa tahun lalu telantar karena tidak dioperasikan.
Jalan masuk ke arah Bandara Silampari dan Air Terjun Temam hanya sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Lubuk Linggau.Selain menikmati Air Terjun Temam di aliran Sungai Temam tersebut, pengunjung juga bisa merasakan pesona lain berupa ketegangan berdiri di atas jembatan gantung. Dari jembatan gantung sepanjang 100 meter yang melintang di atas sungai itulah pengunjung bisa melihat air terjun hanya dalam jarak sekitar 50 meter.
 
KAIN SONGKET
Tenun songket Palembang, baik dalam bentuk kain atau selendang saat ini sudah cukup kondang di Indonesia, terutama setelah berulang kali dilakukan promosi dalam berbagai event nasional, festival dan fair.

Terbuat dari benang sutera kombinasi benang emas yang ditenun dengan cita rasa seni yang tinggi. Songket merupakan kerajinan tradisional Palembang yang khas, sehingga berbeda dengan daerah-daerah lain dan umumnya merupakan hasil industri rumah tangga.
Pekerjaan ini biasanya dilakukan kaum wanita, walaupun terakhir ini kaum pria juga sudah berpartisipasi.
Memiliki berbagai motif seperti lepus, jando beraes, bunga inten, tretes midar, pulir biru, kembang suku hijau, bungo cino, bunga pacik dan lain-lain songket umunnya dipakai kamu wanita dalam upacara-upacara perkawinan, resepsi-resepsi resmi dan acara-acara adat. Hasil industri rumah tangga ini seringkali dijadikan cinderamata.
Selain songket ada lagi industri rumah tangga, yakni kain tanjung dan gebeng yang ditenun dari benang sutera.




Sumatera Selatan sudah didiami manusia sejak zaman purbakala. Bukti-bukti sejarah masa lampau itu antara lain berupa situs-situs megalit dalam berbagai bentuk dan ukuran yang dapat disaksikan baik di museum maupun di alam terbuka.
Peninggalan kebudayaan megalit itu merupakan hasil kreasi seni pahat para nenek moyang, terdiri dari arca-arca batu berbentuk manusia, binatang, menhir, dolmen, punden berundak, kubur batu, lumpang batu dan sebagainya yang berukuran kecil sampai raksasa. Bukti-bukti peradapan pada masa 2500-1000 tahun sebelum Masehi itu tidak hanya mengesankan bagi wisatawan asing maupun domestic, tetapi juga bagi para ahli yang acapkali dating melakukan penelitian ilmiah.
Dalam terbuka, situs-situs megalit itu sebagian besar terdapat di Kabupaten Lahat, Ogan Komering Ulu dan Muara Enim. Keberadaan benda-benda megalit itu telah melahirkan berbagai legenda dan mitos di kalangan masyarakat Sumatera Selatan. Diantaranya legenda Si Pahit Lidah yang karena kesaktiannya mampu membuat apapun yang tidak disukainya menjadi batu.
Dalam abad 7-13 Masehi, Sumatera Selatan merupakan Pusat kekuasaan kerajaan Sriwijaya dan Palembang sebagai ibukota kerajaan. Dimana jayanya Sriwijaya dikenal sebagai pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan mengenai agama Budha terbesar di Asia Tenggara.
Pada saat itu kerajaan Sriwijaya dengan kekuatan armadanya yang tangguh, selain menguasai jalur perdagangan dan pelayaran antara Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia, juga telah menjadikan daerah ini sentra pertemuan antar bangsa. Hal ini telah menimbulkan transformasi budaya yang lambat laun berkembang dan membentuk identitas baru lagi daerah ini.
Transformasi budaya ini terjadi pula dengan masuknya pengaruh Islam, terutama pada saat Sumatera Selatan dibawah kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam sejak awal abad 15. Sebagian besar penduduk Sumatera Selatan sendiri sudah menganut agama Islam sebelum kesultanan Palembang berdiri.
Beragam factor yang mempengaruhi sejarah perkembangan masyarakat di Sumatera Selatan itu telah menimbulkan kebudayaan assimilasi di daerah ini, baik dalam tradisi, seni maupun aspek-aspek lain dalam kehidupan




Sejarah Kota Palembang (Tempat kami tumbuh dan berada)

oleh King's Blues Scooter pada 08 Mei 2010 jam 16:17


Kota Palembang merupakan kota tertua di Indonesia berumur setidaknya 1382 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit. Menurut Prasasti yang berangka tahun 16 Juni 682. Pada saat itu oleh penguasa Sriwijaya didirikan Wanua di daerah yang sekarang dikenal sebagai kota Palembang. Menurut topografinya, kota ini dikelilingi oleh air, bahkan terendam oleh air. Air tersebut bersumber baik dari sungai maupun rawa, juga air hujan. Bahkan saat ini kota Palembang masih terdapat 52,24 % tanah yang yang tergenang oleh air (data Statistik 1990). Berkemungkinan karena kondisi inilah maka nenek moyang orang-orang kota ini menamakan kota ini sebagai Pa-lembang dalam bahasa melayu Pa atau Pe sebagai kata tunjuk suatu tempat atau keadaan; sedangkan lembang atau lembeng artinya tanah yang rendah, lembah akar yang membengkak karena lama terendam air (menurut kamus melayu), sedangkan menurut bahasa melayu-Palembang, lembang atau lembeng adalah genangan air. Jadi Palembang adalah suatu tempat yang digenangi oleh air.

Kondisi alam ini bagi nenek moyang orang-orang Palembang menjadi modal mereka untuk memanfaatkannya. Air menjadi sarana transportasi yang sangat vital, ekonomis, efisien dan punya daya jangkau dan punya kecepatan yang tinggi. Selain kondisi alam, juga letak strategis kota ini yang berada dalam satu jaringan yang mampu mengendalikan lalu lintas antara tiga kesatuan wilayah:

* Tanah tinggi Sumatera bagian Barat, yaitu : Pegunungan Bukit Barisan.
* Daerah kaki bukit atau piedmont dan pertemuan anak-anak sungai sewaktu memasuki dataran rendah.
* Daerah pesisir timur laut.

Ketiga kesatuan wilayah ini merupakan faktor setempat yang sangat mementukan dalam pembentukan pola kebudayaan yang bersifat peradaban. Faktor setempat yang berupa jaringan dan komoditi dengan frekuensi tinggi sudah terbentuk lebih dulu dan berhasil mendorong manusia setempat menciptakan pertumbuhan pola kebudayaan tinggi di Sumatera Selatan. Faktor setempat inilah yang membuat Palembang menjadi ibukota Sriwijaya, yang merupakan kekuatan politik dan ekonomi di zaman klasik pada wilayah Asia Tenggara. Kejayaan Sriwijaya diambil oleh Kesultanan Palembang Darusallam pada zaman madya sebagai kesultanan yang disegani dikawasan Nusantara

Sriwijaya, seperti juga bentuk-bentuk pemerintahan di Asia Tenggara lainnya pada kurun waktu itu, bentuknya dikenal sebagai Port-polity. Pengertian Port-polity secara sederhana bermula sebagai sebuah pusat redistribusi, yang secara perlahan-lahan mengambil alih sejumlah bentuk peningkatan kemajuan yang terkandung di dalam spektrum luas. Pusat pertumbuhan dari sebuah Polity adalah entreport yang menghasilkan tambahan bagi kekayaan dan kontak-kontak kebudayaan. Hasil-hasil ini diperoleh oleh para pemimpin setempat. (dalam istilah Sriwijaya sebutannya adalah datu), dengan hasil ini merupakan basis untuk penggunaan kekuatan ekonomi dan penguasaan politik di Asia Tenggara.

Ada tulisan menarik dari kronik Cina Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau Ju-Kua pada abad ke 14, menceritakan tentang Sriwijaya sebagai berikut :Negara ini terletak di Laut selatan, menguasai lalu lintas perdagangan asing di Selat. Pada zaman dahulu pelabuhannya menggunakan rantai besi untuk menahan bajak-bajak laut yang bermaksud jahat. Jika ada perahu-perahu asing datang, rantai itu diturunkan. Setelah keadaan aman kembali, rantai itu disingkirkan. Perahu-perahu yang lewat tanpa singgah dipelabuhan dikepung oleh perahu-perahu milik kerajaan dan diserang. Semua awak-awak perahu tersebut berani mati. Itulah sebabnya maka negara itu menjadi pusat pelayaran.

Tentunya banyak lagi cerita, legenda bahkan mitos tentang Sriwijaya. Pelaut-pelaut Cina asing seperti Cina, Arab dan Parsi, mencatat seluruh perisitiwa kapanpun kisah-kisah yang mereka lihat dan dengan. Jika pelaut-pelaut Arab dan Parsi, menggambarkan keadaan sungai Musi, dimana Palembang terletak, adalah bagaikan kota di Tiggris. Kota Palembang digambarkan mereka adalah kota yang sangat besar, dimana jika dimasuki kota tersebut, kokok ayam jantan tidak berhenti bersahut-sahutan (dalam arti kokok sang ayam mengikuti terbitnya matahari). Kisah-kisah perjalanan mereka penuh dengan keajaiban 1001 malam. Pelaut-pelaut Cina mencatat lebih realistis tentang kota Palembang, dimana mereka melihat bagaimana kehiduapan penduduk kota yang hidup diatas rakit-rakit tanpa dipungut pajak. Sedangkan bagi pemimpin hidup berumah ditanah kering diatas rumah yang bertiang. Mereka mengeja nama Palembang sesuai dengan lidah dan aksara mereka. Palembang disebut atau diucapkan mereka sebagai Po-lin-fong atau Ku-kang (berarti pelabuhan lama).Setelah mengalami kejayaan diabad-abad ke-7 dan 9, maka dikurun abad ke-12 Sriwijaya mengalami keruntuhan secara perlahan-lahan. Keruntuhan Sriwijaya ini, baik karena persaingan dengan kerajaan di Jawa, pertempuran dengan kerajaan Cola dari India dan terakhir kejatuhan ini tak terelakkan setelah bangkitnya bangkitnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam yang tadinya merupakan bagian-bagian kecil dari kerajaan Sriwijaya, berkembang menjadi kerajaan besar seperti yang ada di Aceh dan Semenanjung Malaysia.

Dari sisa Kerajaan Sriwijaya tersebut tinggalah Palembang sebagai satu kekuatan tersendiri yang dikenal sebagai kerajaan Palembang. Menurut catatan Cina raja Palembang yang bernama Ma-na-ha Pau-lin-pang mengirim dutanya menghadap kaisar Cina tahun 1374 dan 1375.Maharaja ini barangkali adalah raja Palembang terakhir, sebelum Palembang dihancurkan oleh Majapahit pada tahun 1377. Berkemungkinan Parameswara dengan para pengikutnya hijrah ke semenanjung, dimana ia singgah lebih dulu ke pulau Temasik dan mendirikan kerajaan Singapura. Pulau ini ditinggalkannya setelah dia berperang melawan orang-orang Siam. Dari Singapura dia hijrah ke Semenanjung dan mendirikan kerajaan Melaka. Setelah membina kerajaan ini dengan gaya dan cara Sriwijaya, maka Melaka menjadi kerajaan terbesar di nusantara setelah kebesaran Sriwijaya.Palembang sendiri setelah ditinggalkan Parameswara menjadi chaos. Majapahit tidak dapat menempatkan adipati di Palembang, karena ditolak oleh orang-orang Cina yang telah menguasai Palembang. Mereka menyebut Palembang sebagai Ku-Kang dan mereka terdiri dari kelompok-kelompok cina yang terusir dari Cina Selatan, yaitu dari wilayah Nan-hai, Chang-chou dan Changuan-chou.

Meskipun setiap kelompok ini mempunyai pemimpin sendiri, tetapi mereka sepakat menolak pimpinan dari majapahit dan mengangkat Liang Tau-ming sebagai pemimpin mereka.Pada masa ini Palembang dikenal sebagai wilayah yang menjadi sarang bajak laut dari orang-orang Cina tersebut. Tidak heran jika toko sejarah dan legendaris dari Cina, yaitu Laksamana Chen-ho terpaksa beberapa kali muncul di Palembang guna memberantas para bajak laut ini. Pada tahun 1407 setelah kembali dari pelayarannya dari barat, Chen-ho sendiri telah menangkap toko bajak laut dari Palembang yaitu Chen Tsui-i. Chen-ho membawa bajak laut ini kehadapan kaisar, kemudian dihukum pancung ditengah pasar ibukota. Namun beberapa toko bajak laut di lautan cina seperti Chin Lien, pada tahun 1577 telah bersembunyi di Palembang dan kemudian menjadi pedagang yang disegani di Palembang. Chiang Lien sebagai pengawas perdagangan untuk cina. sebetulnya kedudukan ini adalah suatu jabatan yang disahkan oleh kaisar dan mempunyai wewenang mengatur hukum, imbalan, penurunan ataupun kenaikan (promosi) bagi warga Cina di Palembang. Dapat dibayangkan bahwa kekuasaan orang-orang Cina di Palembang hampir 200 tahun.

Masa Kesultanan Palembang


Menurut Tomec Pires yang menulis sekitar tahun kejatuhan Melaka, menyatakan bahwa pupusnya pengaruh Majapahit dan Cina du Palembang adalah akibat kebangkitan Islam di wilayah Palembang sendiri. Situasi dan kondisi ini menempatkan Palembang menjadi wilayah perlindungan Kerajaan Islam Demak sekitar tahun 1546, yang melibatkan Aria Penangsang dari Jipang dan Pangeran Hadiwijaya dari Pajang, dimana kematian Aria Penangsang membuat para pengikutnya melarikan diri ke Palembang.Para pengikut Aria Jipang ini membuat ketakutan baru dengan mendirikan Kerajaan Palembang. Tokoh pendiri Kerajaan Palembang adalah Ki Gede Ing Suro. Keraton pertamanya di Kuto Gawang, pada saat ini situsnya tepat berada di komplesk PT. Pusri. Dimana makam Ki Gede Ing Suro berada di belakang Pusri.Dari bentuk keraton Jawa di tepi sungai Musi, para penguasanya beradaptasi dengan lingkungan melayu di sekitarnya. Terjadilah suatu akulturasi dan asimilasi kebudayaan jawa dan melayu, yang dikenal sebagai kebudayaan Palembang. Ki Mas Hindi adalah tokoh kerajaan Palembang yang memperjelas jati diri Palemban, memutus hubungan ideologi dan kultural ddengan pusat kerajaan di Jawa (Mataram). Dia menyatakan dirinya sebagai sultan, setara dengan Sultan Agung di Mataram. Ki Mas Hindi bergelar Sultan Abdurrahma, yang kemudian dikenal sebagai Sunan Cinde Walang (1659-1706). Keraton Kuto Gawang dibakar habis oleh VOC pada tahun 1659, akibat perlawanan Palembang atas kekurang ajaran hasil wakil VOC di Palembang, Sultan Abdurrahman memindahkan keratonnya ke Beringin Janggut (sekarang sebagai pusat perdangangan).Sultan Mahmud Baaruddin I yang bergelar Jayo Wikramo (1741-1757) adalah merupakan tokoh pembangunan Kesultanan Palembang, dimana pembangunan modern dilakukannya. Antara lain Mesjid Agung Palembang, Makam Lembang (Kawah Tengkurep), Keraton Kuto Batu (sekarang berdiri Musium Badarudin dan Kantor Dinas Pariwisata Kota Palembang). Selain itu dia juga membuat kanal-kanal di wilayah kesulatan, yang berfungsi ganda, yaitu baik sebagai alur pelayaran, pertanian juga untuk pertahanan. Badaruddin Jayo Wikramo memantapkan konsep kosmologi Batanghari Sembilan sebagai satu lebensraum dari kekuasaan Palembang. Batanghari Sembilan adalah satu konsep Melayu - Jawa, yaitu adalah delapan penjuru angin yang terpencar dari pusatnya yang, merupakan penjuru kesembilan. Pusat atau penjuru kesembilan ini berada di keraton Palembang (lebih tegas lagi berada ditangan Sultan yang berkuasa).

Menurut Tomec Pires yang menulis sekitar tahun kejatuhan Melaka, menyatakan bahwa pupusnya pengaruh Majapahit dan Cina du Palembang adalah akibat kebangkitan Islam di wilayah Palembang sendiri. Situasi dan kondisi ini menempatkan Palembang menjadi wilayah perlindungan Kerajaan Islam Demak sekitar tahun 1546, yang melibatkan Aria Penangsang dari Jipang dan Pangeran Hadiwijaya dari Pajang, dimana kematian Aria Penangsang membuat para pengikutnya melarikan diri ke Palembang.Para pengikut Aria Jipang ini membuat ketakutan baru dengan mendirikan Kerajaan Palembang. Tokoh pendiri Kerajaan Palembang adalah Ki Gede Ing Suro. Keraton pertamanya di Kuto Gawang, pada saat ini situsnya tepat berada di komplesk PT. Pusri. Dimana makam Ki Gede Ing Suro berada di belakang Pusri.Dari bentuk keraton Jawa di tepi sungai Musi, para penguasanya beradaptasi dengan lingkungan melayu di sekitarnya. Terjadilah suatu akulturasi dan asimilasi kebudayaan jawa dan melayu, yang dikenal sebagai kebudayaan Palembang. Ki Mas Hindi adalah tokoh kerajaan Palembang yang memperjelas jati diri Palemban, memutus hubungan ideologi dan kultural ddengan pusat kerajaan di Jawa (Mataram). Dia menyatakan dirinya sebagai sultan, setara dengan Sultan Agung di Mataram. Ki Mas Hindi bergelar Sultan Abdurrahma, yang kemudian dikenal sebagai Sunan Cinde Walang (1659-1706). Keraton Kuto Gawang dibakar habis oleh VOC pada tahun 1659, akibat perlawanan Palembang atas kekurang ajaran hasil wakil VOC di Palembang, Sultan Abdurrahman memindahkan keratonnya ke Beringin Janggut (sekarang sebagai pusat perdangangan).Sultan Mahmud Baaruddin I yang bergelar Jayo Wikramo (1741-1757) adalah merupakan tokoh pembangunan Kesultanan Palembang, dimana pembangunan modern dilakukannya. Antara lain Mesjid Agung Palembang, Makam Lembang (Kawah Tengkurep), Keraton Kuto Batu (sekarang berdiri Musium Badarudin dan Kantor Dinas Pariwisata Kota Palembang). Selain itu dia juga membuat kanal-kanal di wilayah kesulatan, yang berfungsi ganda, yaitu baik sebagai alur pelayaran, pertanian juga untuk pertahanan. Badaruddin Jayo Wikramo memantapkan konsep kosmologi Batanghari Sembilan sebagai satu lebensraum dari kekuasaan Palembang. Batanghari Sembilan adalah satu konsep Melayu - Jawa, yaitu adalah delapan penjuru angin yang terpencar dari pusatnya yang, merupakan penjuru kesembilan. Pusat atau penjuru kesembilan ini berada di keraton Palembang (lebih tegas lagi berada ditangan Sultan yang berkuasa).

Dari seluruh pelabuhan di wilayah orang-orang Melayu, Palembang telah membuktikan dn terus secara seksama menjadi pelabuhan yang paling aman dan peraturan paling baik, seperti dinyatakan oleh orang-orang pribumi dan orang-orang Eropa. Begitu memasuki perairan sungai, perahu-perahu kecil, dengan kewaspadaan yang biasa siaga dengan tindakan-tindakan perampasan. Kemungkinan perahu perampok yang bersembunyi akan memangsa perahu-perahu dagang kecil yang memasuki sungai, jarang terjadi, karena ketatnya penjagaan oleh kekuatan Sultan dengan segala peralatannya.Selain kekayaan yang melimpah dari baiknya pelayanan pelabuhan dan perdagangan, membuat Palembang mempunyai kesempatan memperkuat pertananannya. Ini dibuktikannya oleh Sultan Muhammad Bahauddin mendirikan keraton Kuto Besak pada tahun 1780. Di dalam melawan penjajahan Belanda dan Inggris, Sultan Mahmud Baruddin II berhasil mengatasi politik diplomasi dan peperangan kedua bangsa tersebut. Sebelum jatuhnya Palembang dalam peperangan besar di tahun 1821, Sultan Mahmud Badaruddin II secara beruntun pada tahun 1819 telah dua kali mengahajar pasukan pasukan Belanda keluar dari perairan Palembang. Keperkasaan Sultan Mahmud Badaruddin II ini dinilai oleh Pemerintah Republik Indonesia adalah wajar untuk dianugrahi sebagai Pahlawan Nasional.

Masa Belanda
Palembang sebagai Ibukota Kesultanan Palembang Darussalam pada saat dibawah pemerintah kolonial Belanda dirombak secara total dari sisi penggolongan kotanya. Pada awalnya wilayah pemukiman penduduk kota Palembang, dizaman Kesultanan lebih dari sekedar pemukiman yang terorganisir. Pemukiman pada waktu itu adalah suatu lembaga persekutuan dimana patronage dan paternalis terbentuk akibat struktur masyarakat tradisional dan feodalistis. Keseluruhan sistem ini berada dalam satu lingkungan dan lokasi. Sistem ini dikenal dengan nama gugu(k). Kosakata gugu berasal dari jawa - Kawi yang berarti : barang katanya, diturut, diindahkan.Setiap guguk mempunyai sifat sektoral ataupun aspiratip. Sekedar untuk pengertian meskipun tidak sama, bentuk guguk ini dapat dilihat dengan sistem gilda pada abad pertengahan di Eropa. Contoh nama wilayah pemukiman yang dikenal sebagai Sayangan, adalah wilayah dimana paramiji dan alingan(struktur bawah dari golongan penduduk kesultanan) yang memproduksi hasil-hasil dari bahan tembaga. Sayangan artinya pengerajin tembaga (Jawa Kawi). Produksi ini dilakukan atas perintah dari bangsawan yang menjadi pimpinan (guguk) yang menjadi pelindung terhadap kedua golongan baik miji maupun alingan (orang yang di-alingi/dilindungi). Hasil produksi ini merupakan pula income bagi sultan dan kesultanan.Contoh lain dalam adalah wilayah pemukiman mengindikasikan wilayah guguk, yaitu : kepandean adalah rajin atau pandai besi, pelampitan adalah perajin lampit, demikian juga dengan kuningan adalah perajin pembuat bahan-bahan dari kuningan.Pemukiman ini dapat pula bersifat aspiratif, yaitu satu guguk yang mempunyai satu profesi atau kedudukan yang sama, seperti guguk Pengulon, pemukiman para pendahulu dan alim ulama disekitar Mesjid Agung.

Demikian pula dengan kedemangan, wilayah dimana tokoh demang tinggal, ataupun kebumen yaitu tempat tempat dimana Mangkubumi menetap. Disamping ada wilayah-wilayah dimana kelompok tertentu bermukim, seperti Kebangkan adalah pemukiman orang-orang dari Bangka, Kebalen adalah pemukiman orang-orang dari Bali.Setelah Palembang dibawah adminstrasi kolonial, maka oleh Regering Commisaris J.I Van Sevenhoven sistem perwilayahan guguk harus dipecah belah. Pemecahan ini bukan saja memecah belah kekuatan kesultanan, juga sekaligus memcah masyarakat yang tadinya tunduk kepada sistem monarki, menjadi tuduk pada administrasi kolonial. Guguk dijadikan beberapa kampung. Sebagai kepala diangkat menjadi Kepala Kampung, dan di Palembang dibagi menjadi dua wilayah, yaitu Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Untuk mengepalai wilayah tersebut diangkat menjadi Demang. Demang adalah pamongraja pribumi yang tunduk kepada controleur. Kota Palembang pada waktu itu terdiri dari 52 kampung, yaitu 36 kampung berada di seberang ilir dan 16 kampung di seberang Ulu. Kampung-kampung ini diberi nomor yaitu dari nomor 1 sampai 36 untuk seberang ilir, sedangkan seberang ulu dari 1 sampai 16 ulu.Pemberian nomor-nomor kampung ini penuh semangat pada awal pelaksanaannya, tetapi kemudian pembagian tidak berkembang malah menyusut. Pada tahun 1939 kampung tersebut menjadi 43 buah, dimana 29 kampung berada diseberang ilir dan 14 kampung berada di seberang ulu.

Dapat diperkirakan penciutan adminstratif kampung ini karena yang diperlukan bukannlah wilayahnya, tetapi cacah jiwanya yang ada kaitan dengan pajak kepalanya. Sehingga untuk itu digabungkanlah beberapa kampung yang cacah jiwanya minim, dan cukup dikepalai oleh seorang Kepala Kampung.Oleh karen Kepala Kampung hanya mengurus penduduk pribumi, maka untuk golongan orang Timur Asing, mereka mempunyai Kepala dan wijk tersendiri. Untuk golongan Cina, kepalanya diangkat dengan kedudukan seperti kepangkatan militer, yaitu Letnan, Kapten dan Mayor. Demikian pula dengan golongan Arab dan Keling (India/Pakistan) dengan kepalanya seorang Kapten. Untuk kedudukan kepala Bangsa Timur Asing, biasanya dipilih berdasarkan atas pernyataan jumlah pajak yang akan mereka pungut dan diserahkan bagi pemerintah disertai pula jaminan dana begi kedudukannya.Pemerintah Kota Palembang pada 1 April 1906 menjadi satu Stadgemeente. Satu pemerintahan kota yang otonom, dimana dewan kota yang mengatur pemerintahan. Penduduk menyebut pemerintah kota ini adalah Haminte. Ketua Dewan Kota adalah Burgemeester (Walikota), dia dipilih oleh anggota Dewan Kota. Anggota Dewan Kota dipilih oleh penduduk kota.Sebenernya pemerintah kota bukanlah dibentuk untuk tujuan utama memenuhi kepentingan pribumi, akan tetapi lebih kepada kepentingan para pengusaha Barat yang sedang menikmati liberalisasi. Karena dampak liberalisasi menjadikan kota sebagai pusat atau konsentrasi ekonomi, baik sebagai pelabuhan ekspor, industri, jasa-jasa perdagangan dan menjadi markas para pengusaha.

Di Era Zaman Jepang



Dizaman penduduk Jepang (1942-1945), secara struktural tidak ada perubahan kedudukan kepala kampung. Hanya gelarnya saja yang berubah, yaitu menjadi Ku - Co dan mereka dibawah koordinasi Gun - Co. Tugasnya dititik beratkan pada pembangunan ekonomi peperangan Jepang. Untuk merapatkan barisan dikalangan penduduk, diperkenalkan suatu sistem lingkungan Jepang, Tonari - Gumi, yaitu Rukun Tetangga yang meliputi setiap 10 rumah di suatu kampung. Tonari - gumi dipimpin oleh seorang Ku - Mi - Co (Ketua RT).

Kegiatan Pembangunan yang Menonjol

Masa Kerajaan Sriwijaya

Pusat pemerintahan dan pemukiman terletak di bagin barat kota Palembang. Bentuk pembangunan yang dilakukan berupa :

1. Tata ruang dan saluran air serta pengurukan dan penimbunan daerah rawa (di Kelurahan Karang
Anyar, kelurahan Bukit Lama dan Kecamatan Seberang Ulu I), baik bentuk istana, pemukiman
warga maupun tempat ibadah.
2. Bangunan tempat ibadaha berupa Vihara dan kelengkapannya.
3. Pembangunan pelabuhan, serta sarana Transportasi.
4. Pembangunan Istana serta rumah-rumah tempat tinggal penduduk, baik diatas daratan, maupun di
atas sungai berupa rakit dan rumha bertiang di atas rawa.
5. Pembangunan industri antara lain industri manik-manik di Ilir Barat.
6. Pembangunan Taman Srisetra dibagian barat kota (Prasasti Karang Tuo).



Masa Kesultanan Palembang

Pusat pemerintahan pada awal kebangkitan, di bagian timur kota palembang (di sekitar PT. PUSRI dan Kelurahan I Ilir). Kemudian setelah hampir satu abad pindah ke bagian tengah di Kelurahan 19 Ilir, bentuk pembangunan yang dilakukan berupa :

1. Keraton/Istana Kuto Gawang (PT Pusri I Ilir), Kuto Lamo dan Kuto Besak (Kelurahan 19 Ilir).
2. Benteng pertahanan (pemasangan lantai di Sungai Musi untuk menghalangi kapal musuh).
3. Mesjid (di I Ilir, Beringin Janggut dan Mesjid Agung 19 Ilir).
4. Pelabuhan dan tempat penambatan angkutan sungai.
5. Makam raja-raja Palembang.
6. Penataan tata ruang kota (seperti Kepandean, Sayangan, Kebumen, Depaten).
7. Pembangunan oleh masyarakat (klenteng, rumah limas, industri rumah tangga tenunan, ukiran, dll)



Masa Penjajahan Belanda

Berdasarkan catatan pelaksanaan pembangunan kota yang berencana baru di mulai pada awal terbentuknya pemerintahan kota di tahun 1900-an, seperti dibawah ini :

1. 30 September 1918 Pemerintah Kota menetapkan tentang pendirian dan pembongkaran bangunan, yaitu Verordening op het bouwen en sloopen in de Gemeente Palembang.
2. 1935 diterbitkan Bouwverordening der Gemeente Palembang berupa Standsplan (Rencana Tehnik Ruang Kota), yang kemudian dengan diterbitkannya peta rencana, peta situasi atau peta penggunaan tanah (detail plan).

1906 - 1935
Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kota Palembang antara 1906-1935 adalah
sebagai berikut :
* Pembelian lapangan-lapangan untuk menimbun bahan bangunan.
* Pembuatan Jembatan Sungai Ogan.
* Perbaikan Jalan Seberang Ulu dari Ogan ke Plaju melalui 10 Ulu (Jl. KH. Azhari).
* Pembuatan medan lalu lintas dekat 10 Ulu dan Tengkuruk.
* Menyediakan lapangan-lapangan untuk lanjutan jalan kereta api Sum-Sel
dari Kertapati ke Seberang.
* Menyediakan Lapangan pelabuhan di Seberang Ulu.
* Pendalaman alur sungai Musi.
* Perbaikan jalan dengan pembuatan jalan - jalan tembus dan pelebaran jalan antara Pelabuhan Tengkuruk - talang Jawa; Jl. Gevangenis (Jl. Lembaga Pemasyarakatan) - Boom Baru.
* Perbaikan tempat-tempat berlabuh untuk kapal-kapal sungai di 19 Ilir ( Pelabuhan/ponton).
* Penyediaan tempat transit yang mendesak dari Kertapati (titik ujung jalan kereta api Sum-Sel) yang dapat dicapai oleh kapal-kapal laut, yang mengambil batubara dari tambang bukit asam.


1. Realisasi stands plan (Master Plan Kota) Kota Palembang. Ini adalah penetapan lokasi-lokasi :
1. Industrial estate di daerah Sungai Gerong dan Plaju.
2. Real Estate di Talang Semut.
3. Sistem Ring and Radial bangunan jalan kota (yang saat itu baru sampai di Talang Grunik sebagai lingkar II) Jl. Kapten Arivai dan Jl. Veteran sekarang).

1935 - 1950
Jepang
1. Perubahan bayas kota dengan memasukkan pelabuhan udara Talang Betutu ke dalam Administrasi Kotapraja.
2. Pembangunan jalan By Pass dengan nama jalan Miaji (Jl. Jend. Sudirman).
3. Pembangunan landasan pesawat udara :
* Pembangunan Pelabuhan Udara di Betung.
* Lapangan terbang di Talang Balai.
* Perbaikan pelabuhan laut di kota Palembang.
* Pembangunan lapangan Pesawat Udara di Sungai Buah.
* Perluasan lapangan udara talang Betutu (SMB II).
* Pembukaan jalan yang dimulai dari Simpang Mesjid (Simp. Jl. TP. Rustam Effendi) sampai ke simpang Charitas (Jl. Jend. Sudirman).
* Perbaikan dan pelebaran serta pelurusan Jl. Ke Talang Betutu (Jl. Kol. H. Burlian).

1950
1. Pembangunan Pasar :
* Lingkis (Cinde)
* Kertapati
* Lemabang
* Buah (Jl. Kol. Atmo/Tp. Rustam Effendi)
* Kuto.

1. Perumahan Rakyat :
Sungai Buah dan Talang Betutu
2. Air Bersih : Perluasan Penyaringan
Pemasangan pipa induk, dari penyaringan ke Jl. Jend. Sudirman
Pipa Suro, Tangga Buntung - Ladang Plaju - Rimab Seru
Pemasangan pipa 270 Km
Peningkatan produksi menjadi 23.000 m3/hari
3. Pembangunan jalan lingkar I, Jl. Jend. Sudirman ke Simpang Cinde Welan
4. Panjang jalan dalam kota 225 Km
5. Penimbunan Musi Boulevart
6. Perumahan Proyek Khusus Kebangkan (PCK)
7. Pembebasan tanah peruntukan :
* Daerah Indusri PT. Pusri
* Universitas Sriwijaya
* Traffic Garden di Bukit Besar

1. Pembangunan Balai Pertemuan di Jl. Sekanak.
2. Pembangunan Stasion Kamboja.
3. Pembuatan Kanal (terusan) Sungai Bendung.
4. Pembangunan Penyebrangan Tangga Buntung - Kertapati.
5. Pembukaan jalan Tangga Buntung ke Gandus.

1960 - 1970

# Pembangunan Jembatan Musi (Jembatan Ampera) April 1962 - Mei 1965
# Perbaikan Kampung
# Pembangunan sekolah dasar
# Pembangunan Perumahan Pegawai di Jalan Duku (Sumur Batu), Jl. Makrayu dan PCK
# Pemugaran Makam Raja-raja Palembang, Rumah Bari
# Peningkatan Kebersihan
# Terminal Bawah Jembatan Ampera
# Pertokoan Tengkuruk By Pass (Permai)
# Pasar 10 Ulu
# Pemekaran kampung 20 Ilir jadi 4, 26 ilir jadi 2, Sungai Batang dibagi dengan Sungai Selincah


Sasaran pembangunan : Jalan, Air Bersih, Listrik dan Kebersihan. Pembangunan Proyek Non Bujeter :

1. Sumbangan Pertamina
Upgrading Jalan dalam Kota :

* 1969/1970 Jalan Utama Veteran, Harapan, Jl. Jend. Sudirman dan Jl. Jend. A.Yani (aspal beton).
* 1970-1971 Jalan-jalan dalam kota di lebarkan menjadi lebar rata-rata 8 m.
* 1973-1974 Upgrading jalan dalam kota.
* 1975-1976 Jalan-jalan di sekitar Pasar 16 ilir.

1. Sumbangan dari PT. PUSRI
3 buah jembatan penyebrangan pejalan kaki di jalan Jend. Sudirman.

2. Makmur Store
Menyumbang 1 buah jembatan penyebrangan jalan di Jl. Jend. Sudirman

3. 1975 - 1978 perusahaan-perusahaan industri menyumbang 16 buah Shelter Bus.

4. Pembangunan petak-petak pasar secara swadaya masyarakat, peremajaan dan modernisasi pasar atau pusat perbelanjaan.

5. 1974 pembangunan gedung pusat pemerintahan Kotamadya. Penetapan hari jadi kota Palembang.

6. Sasaran pembangunan diarahkan pada pembangunan sistem drainage (Pengeringan Kota)

Pembangunan Sistem Makro dan Sistem Mikro

Sistem Makro : meliputi Saluran induk dengan memanfaatkan sungai-sungai dan kolam-kolam (Retention Basin).

Sistem Mikro : Meliputi saluran-saluran pengumpul dari daerah-daerah aliran ke saluran-saluran utama dan kesaluran induk.


Tahap Pelaksanaan :

1. Program mendesak
* Pembersihan sungai Bendung dan Sungai rendang.
* Pembuatan/peningkatan saluran-saluran primer, siring-siring dan koker-koker.

1. Program Jangka Pendek
* Normalisasi Sungai Sekanak, sungai bendung
* Peningkatan/pembuatan saluran primer dan saluran sekunder antara kedua sungai tersebut.

1. Program Jangka Menengah
* Perancangan detail dan pelaksanaan di wilayah lingkaran II
* Normalisasi sungai-sungai, peningkatan /pembuatan saluran-saluran primer and sekunder.

1. Jangka Panjang
* Lanjutan Studi dan perancangan sistem drainage secara keselurahan.
* Perbaikan dan normalisasi sungai rendang.
* Survey design sungai-sungai di daerah Seberang Ilir.
* Rehabilitasi anak sungai Bayas.
* Program Perbaikan Kampung (Kampong Improvment Program).

1979 - 1980
Untuk Kampung 9,10,11,13,14 ilir dan 1 ulu, dengan luas areal 40 ha untuk penduduk 30.210 jiwa.

1981 - 1982
Untuk Kampung 1,2 ulu, 13,14, 19, 22, 26, 26, 27 dan 28 ilir, dengan luas areal 80 ha untuk penduduk 41.654 jiwa.

1982 - 1983
Untuk Kampung 8,9,10,11,24,26,29,30dan 32 ilir, dengan luas areal 125 ha untuk penduduk 75.358 jiwa.

1983 - 1984
Diusulkan untuk Kampung 35 ilir, 3, 4, 5, 7 ulu, kertapati dan ogan baru dengan luas areal 75 ha untuk penduduk 99.126 jiwa.

Dalam realisasinya perbaikan kampung dilakukan pada kelurahan 29, 30, 32, 35 ilir, 3/4, 5,7 dan 8 ulu.

1984 - 1985
Untuk Kelurahan 3/4, 5,7,11,12 ulu, kertapati dan Ogan Baru.

1986 - 1987
Untuk kelurahan karang anyar, 36, 35, 32 ilir, 8, 11, 12, 13, 14 ulu, dan Tangga Takat.

1987 - 1988

Untuk kelurahan 2, 3, 5 ilir, dan 13, 14 ulu. Bentuk pembangunan KIP ini antara lain :



Jalan Lingkungan (aspal), Konstruksi Ris Beton, Konstruksi jembatan beton, kran air minum, MCK, Bak sampah, Gerobak Sampah, Buis Beton, SD Bertingkat, Puskesmas.

1981
Pembangunan kembali daerah yang terbakar dikampung 22, 23, 24 dan 26 ilir denagn areal site seluas 236.078 M2 dengan bangunan rumah flat 4 lantai, pelbagai tipe sebanyak 3.584 Unit lengkap dengan prasarana dan fasilitas lingkungan dan 214 kapling tanah siap bangun.

Pembebasan Tanah

Untuk rencana pemindahan terminal bawah jembatan Ampera Seberang Ilir ke wilayah seberang ulu baik untuk terminal Penumpang maupun unutk barang ± 8 Ha.

* Pembangunan taman-taman kota.
* Pembangunan jalan dengan sistem Ring dan Radial sesuai Peta 1930.
* Peningkatan Kebersihan dengan Pemantapan Program PALEMBANG KOTA BARI.
* Panjang Jalan dalam kota = 282.290 Km, terdiri dari :
Jalan Arteri = 61.220 Km
Jalan Arteri Sekunder = 58.752 Km
Jalan Kolektor dan lokal = 162.418 Km

Penambahan dan Pembukaan Ring dan Radial

1. Jalan Radial soak Bato ke Jalan kapten Arivai.
2. Jalan Lingkungan II dari Jl. Letkol Iskandar tembus ke Jalan segaran.
3. Jalan Radial dari Lingkaran I tembus ke Jalan Veteran.
4. Jalan Lingkaran Luar dari Gandus Ke Macan Lindungan, Jl. Demang lebar daun.

Jumlah jembatan yang ada di kota Palembang sebanyak 116 buah, terdiri dari :

1. Jembatan beton 80 buah
2. Jembatan Besi 7 buah
3. Jembatan kayu 29 buah

Pembangunan permukiman Kenten Sako, Polygon dan rumah susun.

Drainage



* Sejak 1980 - 1987 dibangun saluran sepanjang 333.671 Km, tersebar dari jalan Kapten A. Rivai ke arah Sungai Musi dan Daerah Seberang Ulu.
* 1987 - 1988 dibangun proyek pengeringan kota sepanjang 7.740 Km untuk lokasi di Kecamatan Ilir Barat I dan Ilir Timur I.
* 1988 Sumatera Selatan ditetapkan sebagai Daerah Tujuan Wisata ke - 17. Kota Palembang sebagai ibukota Propinsi menjadi Daerah Utama yang dijadikan sasaran pembangunan kepariwisataan. Obyek wisata yang ditonjolkan adalah wisata air dan budaya.

1990 - 1999
* Pembangunan RSUD dan Jalan Menuju Ke RSUD
* Jalan Keramasan - Musi II - Macan Lindungan
* Jembatan Musi II
* Jalan Mas krebet
* Jalan Kebun Bunga
* Jalan Tembus Jalan Sudirman ke Sako
* Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya
* Reklamasi Seberang Ulu I
* Jalan Menuju tanjung Api-api
* Jalan tembus Jalan Jend. A. Yani ke Dusun Rambuatan
* Jalan Lingkar Selatan
* Jalan Gandus ke Jalan raya Palembang - Betung
* Jalan Musi II ke Pembuangan sampah Kelurahan Keramasan
* Jalan Tembus Jalan Macan Lindungan ke Jalan haji Burlian
* Pembangunan Pemakaman Kebun Bunga (Silk Air)
* Pembangunan Retaining Wall depan Benteng Kuto Besak

mesjid Palembang Jadikan Festival Musi Wisata Andalan
Palembang (ANTARA News) – Pemerintah Kota Palembang menjadikan Festival Musi sebagai kegiatan wisata andalan yang diselenggarakan setiap tahun.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berikan komentar anda